Selasa, 07 April 2015

Soeharto kerahkan petrus bantai preman Yogyakarta


Merdeka.com - Tahun 1980-1985, tindakan para preman yang menamakan dirinya Gali alias gabungan anak liar semakin meresahkan. Mereka merampok, mencuri hingga memperkosa korbannya. Warga ketakutan dan tak berdaya menghadapi aksi para preman itu.

Beberapa waktu kemudian, munculah istilah penembak misterius atau petrus. Mereka menghabisi para preman ini tanpa proses peradilan. Kalau tidak ditembak, para preman akan dijerat tali sampai mati.

Disebut petrus karena memang 'pasukan' ini bukan kesatuan resmi. Walau begitu anggota petrus ini hampir dipastikan anggota ABRI. Mereka berbekal sejumlah daftar, lalu menghabisi para preman yang sudah menakut-nakuti masyarakat.

Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang untuk membuat para penjahat takut. 

Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.

"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana.

Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar jadi tontonan dan membuat preman lain keder.

"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan itu," beber Soeharto.

Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman itu.

Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun 2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat.

Sumber : merdeka.com

Tana Toraja Bangun Patung Yesus Tertinggi di Dunia


MAKALE - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Tataruang dan Permukiman (Distarkim) Tana Toraja David Kambu menyebut patung Yesus Kristus berukuran raksasa yang dibangun di puncak Buntu (Bukit) Burake berbahan perunggu.

“Material patung bukan dilapisi perunggu. Tapi, mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala patung, semuanya terbuat dari coran perunggu,” ujar David Kambu, di Makale, Senin (6/4/2015).

Dia mengatakan, patung itu masih dikerjakan di Yogyakarta. Setelah selesai, patung akan langsung dikirim ke Tana Toraja dalam bentuk kepingan-kepingan, untuk kemudian dirakit menjadi patung Yesus Kristus Memberkati. 

Anggaran pembuatan patung Yesus Kristus berukuran raksasa itu mencapai Rp22 miliar. Begitu pula dengan landasan tempat berdirinya patung, tahun ini pembangunannya sudah memasuki tahap akhir. 

Tahap pertama pembangunan landasan patung berupa pondasi dasar yang mulai dikerjakan tahun 2013 lalu menelan anggaran sekitar Rp1,9 miliar. Kemudian, pembangunan landasan patung dilanjutkan tahun 2014 dengan anggaran Rp3,8 miliar.

Menurutnya, tinggi bangunan bawah atau landasan patung setinggi 17 meter dan tinggi 23 meter. Sehingga, tinggi keseluruhan patung mulai dari bangunan bawah hingga ujung atas mencapai 40 meter. 

Patung Yesus Kristus berukuran raksasa itu, akan berdiri kokoh di puncak Buntu Burake yang tingginya sekitar 1.100 meter dari permukaan laut (dpl).

“Tinggi patung Yesus Kristus keseluruhan 40 meter, mulai dari bangunan bawah hingga ujung atas patung. Ditargetkan, pembangunan patung bisa rampung tahun ini,” terang David.

Terpisah, Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung mengatakan, pekerjaan pemasangan patung Yesus Kristus di puncak Buntu Burake direncanakan dimulai awal Mei 2015 mendatang. 

Jika tidak ada aral melintang, patung Yesus Kristus berukuran raksasa itu akan diresmikan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) kabupaten Tana Toraja, pada 31 Agustus 2015. 

Patung yang diklaim sebagai patung Yesus tertinggi di dunia itu akan menjadi ikon pariwisata Toraja. Keberadaan patung Yesus Kristus berukuran raksasa di Puncak Buntu Burake itu diyakini menjadi salah satu jembatan emas kebangkitan pariwisata Toraja. 

Puncak Buntu Burake tempat Patung Yesus berdiri akan menjadi kawasan wisata religi yang mampu menarik kunjungan wisatawan sebanyak-banyaknya di Tana Toraja. Wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja punya banyak pilihan untuk berwisata. 

Sebab, pariwisata Toraja tidak lagi monoton dengan wisata budaya, tetapi juga wisata alam dan religi. Apalagi, Toraja tak lama lagi memiliki bandara bertaraf internasional. Sehingga, Tana Toraja menjadi daerah tujuan wisata kedua di Indonesia, setelah Bali.

“Pembangunan patung Yesus Kristus di puncak Buntu Burake menjadi jembatan emas kembalinya kejayaan pariwisata Toraja yang sudah terkenal di dunia,” optimistis Theofilus.

Sumber : Sindonews.com